Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi |Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung |Kata Perenungan |



MEREKA SUDAH MULAI BERKARYA

Naskah: Ivana/Ari T.
Foto: Ivana/Ari T.

Suryanto, Melepas Jala Membangun Tenda
Di antara suara ketukan palu dan gergaji kayu, di tengah-tengah lokasi tenda Tzu Chi yang sudah hampir selesai dibangun, seorang bayi terlelap dalam ayunan yang digantung pada batang sebuah pohon. Pohon ini berdiri di dekat sebuah tenda yang digunakan untuk dapur umum.

Bayi ini adalah anak bungsu Suryanto (27 tahun), salah seorang pekerja pembangunan tenda. Suryanto dan keluarganya semula tinggal di Blangpidie, Kab. Aceh Raya. Sebelumnya ia bekerja sebagai nelayan. Tsunami telah menelan habis seluruh harta benda Suryanto. Beruntung, semua anggota keluarganya lolos dari maut. Karena sudah tidak punya tempat untuk berteduh, Suryanto kemudian membawa istri dan kedua anaknya pindah ke rumah orang tuanya di Medan.

Setelah 2 bulan terpaksa hidup menumpang, seorang saudaranya datang dan menawarkan pekerjaan membangun tenda Tzu Chi di Kota Jantho. Suryanto langsung menerima tawaran ini. Bersama istri dan anak bungsunya yang baru berusia satu setengah bulan, ia kembali ke Aceh. Anak tertua ditinggal bersama neneknya, karena sudah terlanjur melanjutkan sekolah di Medan.

Elvi, istri Suryanto, juga turut membantu. Ia menjadi tukang masak untuk para pekerja pembangunan tenda. Bisa kembali ke tanah kelahirannya sangat menggembirakan Elvi. “Senang bisa kembali ke sini, biarpun bukan ke Blangpidie,” ucapnya. Pekerjaan yang digeluti Suryanto sekarang memang sangat berbeda dengan pekerjaannya semula, namun semua ini harus dilakukannya untuk melanjutkan hidup bersama Elvi dan anak-anaknya.

Boy Zulkarnain, “Saya Tak Mau Tergantung Orang Lain Terus”
Wajahnya terlihat masih muda namun kesedihan dan beban berat terpancar dari matanya. Boy Zulkarnain (28 tahun) berusaha melupakan kesedihan karena kehilangan anak dan istrinya, dengan cara bekerja. “Kalau di tenda tak ada kerjaan, saya jadi stres,” tuturnya.

Saat ditemui Dunia Tzu Chi beberapa waktu lalu, ia bersama sekitar 20 orang tenaga kerja lainnya tengah sibuk merakit tenda di proyek pembangunan kampung tenda Tzu Chi di Desa Cot Seumeureng, Samatiga, Aceh Barat. “Baru hari ini saya kerja di sini. Sebelumnya saya bekerja membersihkan kota,” ungkapnya. Di berbagai proyek rekonstruksi kota Meulaboh saat ini, banyak perusahaan dan Non-Government Organization (NGO) memprioritaskan para pengungsi untuk dijadikan pekerja.

Meski dengan bayaran yang menurutnya lebih sedikit dibandingkan waktu sebelum terjadinya bencana, ia masih bersyukur. “Ini juga bagian dari kerja sosial buat orang lain, saya merasa sangat senang,” aku Boy di tengah kesibukannya.

Selain itu, di sela pekerjaannya, ia juga sembari mencari anak dan istrinya yang hilang. “Saya kan bisa kerja di sini, kerja di sana. Barangkali nanti berjumpa dengan anak saya,” katanya berharap. Menurutnya, meski saat ini bantuan berbagai keperluan untuk pengungsi dirasakan cukup, ia memilih untuk terus bekerja keras. “Tidak mungkin hidup hanya mengandalkan bantuan terus menerus. Paling lama bantuan satu-dua tahun, setelah itu, ya, harus kerja sendiri,” ujarnya dengan yakin. “Saya tak mau tergantung bantuan orang lain terus,” lanjutnya. •

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id